Resume
Buku 3
Judul : Mencari
Pahlawan Indonesia
Penulis
: Anis Matta
Penerbit
: The Tarbawi Centre
Krisis
demi krisis yang telah merobohkan satu per satu sendi-sendi bangunan kehidupan
di negeri ini, membuat kita kini begitu merindukan sosok-sosok pahlawan yang
dapat mengentaskan kita dari krisis berkepanjangan yang terus melanda negeri
ini. Seperti yang dikatakan oleh Chairil Anwar bahwa kita begitu merindukan
pahlawan yang “berselempang semangat yang tak bisa mati”.
Sesungguhnya yang dinanti di saat genting ini adalah
kepahlawanan. Pahlawan bukan saja orang yang memanggul senjata berjuang melawan
penjajah di zaman perang kemerdekaan. Bukan pula penguasa dengan segenap
kemewahan dan luasnya wilayah pemerintahan. Pahlawan adalah orang biasa yang
hidup di zamannya masing-masing tetapi mengerjakan pekerjaan yang besar dan
luar biasa. Ia memiliki naluri dan tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap
setiap tantangan yang ada. Ia berani mengambil tanggung jawab karena seorang
pahlawan adalah pemberani sejati.
Membahas tentang kepahlawanan berarti kilas balik kepada
masa lalu terlebih pada saat masa kejayaan kaum muslimin. Pahlawan muslim lahir
dan berjanji pada sejarah untuk pantang menyerah. Mereka hidup dalam semangat
dan semangat dalam hidup. Optimisme yang selalu terjaga dimanapun dan kapanpun
berada membawa mereka menjadi pahlawan dengan kebesaran jiwa. Pantang menyerah,
sabar dalam berbagai ujian, menjaga kesungguhan dan rela berkorban adalah
motivasi mereka. Tak sedikit pahlawan yang hidup dalam tekanan berat tetapi mampu
berapresiasi melahirkan karya-karya besar sebagai kontrol terhadap tanggung
jawabnya. Tak jera terhadap ancaman isolasi, keterasingan, ataupun kesepian
karena terbekali dengan kemampuan intelektual dan spiritual yang tajam.
Pahlawan lahir dan besar dalam lingkungannya masing-masing.
Hanya kepekaan yang besar terhadap pemisah antara realita dan idealita yang
menjadikan mereka lebih dari sekedar orang biasa. Oleh karena itu, mereka
bergerak tertatih dalam kecemasan untuk menciptakan perubahan dengan meyakini
bahwa kesempatan hanya jika terdapat orang-orang yang menciptakannya. Kadang
atau bahkan seringkali mereka mengalami kegagalan, kalah ataupun musibah tetapi
mereka bisa selalu unggul dalam mempertahankan vitalitas. Vitalitas terseut
terbentuk dari perpaduan keberanian, harapan hidup dan kebesaran jiwa. Para
pahlawan pernah sedih dan kecewa tetapi dapat membingkainya dalam semangat
kerja realita.
Pahlawan adalah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan.
Ia tak mahir dalam segala hal tetapi mampu profesional dalam bidangnya. Mereka
bekerja pada ruang-ruang kemampuan optimal yang dapat dikerjakan, tenggelam
dalam merealisasikan mimpi-mimpi besarnya dan selalu menjaga kehormatan
dirinya. Bukan untuk sombong, angkuh ataupun tinggi hati, tetapi karena kehormatan
diri harus dijaga agar tidak hanyut dalam gelombang perubahan zaman.
Kepahlawanan hanya muncul sesaat tetapi maknanya bisa
melebihi usia bahkan generasi selanjutnya. Ia dibangun dengan berbagai sukses
kecil yang akan memperkokoh sukses besarnya. Mereka selalu optimis dan berpaku
pada harap dan cita karana mereka hanya percaya kesuksesan. Dengan dorongan
spiritual, kelembutan dan kebesaran baik dari istri maupun sang ibu mampu
menegakkan tekad yang kadang sempat ragu. Selalu ada pahlawan yang tepat di setiap
masa. Mungkin tak hanya satu karena kontribusi besar dibangun oleh banyak
pahlawan.
Sesungguhnya manusia yang paling baik adalah manusia yang
paling bermanfaat untuk yang lainnya. Itulah para pahlawan. Mereka
mendedikasikan hidup untuk orang lain. Keikhlasan dan tanggung jawab teremban
pada diri yang selalu rasional dan kritis terhadap masyarakat. Mampu memilah
antara kebutuhan pribadi dengan kepentingan publik sehingga apa yang ia
kerjakan tak hanya bermanfaat untuk pribadi. Jika ia berlimpah materi akan
tetap zuhud dan dermawan. Pun jika mereka miskin, itulah pilihan hidup mereka
tanpa melepas kehormatan dirinya. Jadi apa yang mereka miliki menjadikan sumber
berkah bagi semua.
Para pahlawan datang dengan membawa beban yang tak
dipikul oleh manusia lain di zamannya. Dimana beban-beban yang mereka pikul
merupakan tantangan-tantangan besar yang senantiasa mengiringi derap langkah
mereka, sehingga muncullah naluri kepahlawan dari dalam diri mereka yang
kemudian menghasilkan respon terhadap tantangan kehidupan itu sendiri.
Pahlawan sejati adalah pemberani sejati, sebab segala
tantangan yang senantiasa mengiringi mereka menyimpan risiko yang tidak kecil
dan remeh. Ibarat sebuah pohon bahwa naluri kepahlawanan sama dengan akar, maka
keberanian sama dengan batang pohonnya. Dan keberanian didukung oleh beberapa
kemampuan, yaitu kemampuan berenang, kemampuan memanah, dan kemampuan berkuda.
Keberanian tak akan dikatakan sempurna tanpa hadirnya sikap
sabar, sebab sabar merupakan nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah
keberanian bertahan di dalam diri seorang pahlawan (Qs. Al Anfal : 65).
Seorang pahlawan haruslah menjadi sosok yang mau dan mampu memberi
banyak manfaat pada masyarakat. Dan kaum muslimin mengalami kemunduran,
dimana justru orang-orang barat menjadi semakin maju, hal ini disebabkan oleh
kaum barat yang mampu berkorban lebih besar dibandingkan kaum muslimin.
Para pahlawan sejati telah mempercayai dan memendam
optimisme bahwa mereka sudah berada di bawah bendera kemenangan, yaitu
kemenangan atas rasa takut, kemenangan atas sifat pengecut, kemenangan atas
cinta dunia dan kemenangan atas diri sendiri. Walaupun mereka belum menyaksikan
kemenangan itu sendiri. Karena sesungguhnya Allah telah menjajikan kemenangan
bagi kaum muslimin.
Para pahlawan mukmin sejati menilai karya mereka dengan
bijak, mereka tidak pernah memandang karya-karya besar mereka secara
berlebihan, tetapi mereka juga tidak pernah meremehkan pekerjaan-pekerjaan
kecil yang mereka lakukan.
Para pahlawan mukmin sejati selalu unggul dalam kekuatan
spiritual dan semangat hidup. Senantiasa ada gelombang gairah kehidupan yang
bertalu-talu dalam jiwa mereka. Itulah yang membuat sorot mata mereka selalu
tajam, di balik kelembutan sikap mereka. Itulah yang membuat mereka selalu penuh
harapan, di saat virus keputusasaan mematikan semangat hidup orang lain.
Sesuai dengan kandungan surat Al-Baqarah: 286, yaitu karena,
"Allah membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya...
". Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia diwajibkan untuk
berikhtiar hingga batas maksimum kemampuannya, dimana mencapai batas maksimum
kemampuannya adalah seperti halnya mendekati kesempurnaan dalam beramal.
Peluang kegagalan dalam perjuangan adalah sama besarnya
dengan peluang keberhasilan, sehingga seorang pahlawan dituntut untuk dapat
melampaui kegagalan-kegagalannya dan kemudian dapat menggapai takdirnya sebagai
pahlawan.
Pekerjaan-pekerjaan besar yang mempertemukan seorang
pahlawan mukmin sejati dengan takdir kepahlawanannya, selalu melibatkan seluruh
instrumen kepribadian sang pahlawan ketika ia sedang melakoni pekerjaan
tersebut. Pekerjaan-pekerjaan itu pastilah menyedot energi fisik, jiwa
spiritual, dan pemikirannya. Maka, dalam hal ini seorang pahlawan haruslah
mampu untuk mensinergikan seluruh kecerdasannya, baik kecerdasan intelektual,
emosi, maupun spiritualnya. Dan di balik kebesaran seorang pahlawan terdapat
perempuan-perempuan yang luar biasa, yaitu sang ibu atau dan sang istri.
Selain itu, seorang pahlawan haruslah benar-benar berazam
untuk berjihad demi agama Nya. Dan sesuai sabda Rasul bahwa jihad yang paling
utama adalah Menyatakan kebenaran di depan penguasa tiran.
Setelah kemenangan digapai, maka kemenangan/kekuasaan
tersebut haruslah diinstitusikan menjadi sebuah imperium. Selanjutnya ialah
bahwa seorang pahlawan mampu bersikap zuhud dan jadilah pemburu akhirat, maka
dengan demikian di terlepas dari fatamorgana dunia.
Pahlawan dengan kekuasaan spiritualnya ialah ketika seorang
pahlawan berkuasa dengan karismanya. Kharisma yang terbentuk dari gabungan
wibawa dan pesona, ilmu dan akhlak, pikiran dan tekad, keluasan wawasan dan
kelapangan dada. Mereka menyebarkan ilmu dan cinta. Mereka membawa cahaya dan
menerangi kehidupan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar